BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Laringitis adalah
peradangan pada laring yang terjadi
karena banyak sebab. Inflamasi laring
sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan
terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian
dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang
terisolasi yang hanya mengenai pita suara.
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga melinduni jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kontak suara yang terdiri
atas:
1.
Epiglotis – daun katup kartilago yang
menutupi ostium kearah laring selama menelan
2.
Glotis – Ostium antara pita suara dalam
laring
3.
Kartilago tiroid – Kartilago terbesar
pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (adams apple)
4.
Kartilago krikoid – Satu-satunya cincin
kartilago yang komplit dalam faring (terletak dibawah kartilago tiroid)
5.
Kartilago aritenoid – Digunakan dalam
gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
6.
pita suara – Ligamen yang dikontrol oleh
gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara, pita suara melekat pada lumen
laring
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian Laringitis
2.
Bagaimanakah Etiologi laringitis
3.
Bagaimanakah Patofisiologi
4.
Bagaimanakah Manifestasi Klinis
5.
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada
pasien laringitis
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui tentang pengertian Laringitis
2.
Untuk mengetahui tentang Etiologi
laringitis
3.
Untuk mengetahui tentang Patofisiologi
4.
Untuk mengetahui tentang Manifestasi
Klinis
5.
Untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada pasien laringitis
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definisi
Laringitis adalah
inflamasi laring (ensiklopedia keperawatan). Laringitis adalah peradangan yang
terjadi pada pita suara karena terlalu banyak digunakan, karena iritasi atau
karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang
rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok
(trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara—dua buah membran mukosa
yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan
Biasanya pita suara
akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan dan
getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang
atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak,
menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat
melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada
beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak
terdengar.
Laringitis dapat
berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis) lebih dari
3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan
peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda
adanya masalah yang lebih serius.
B.
Etiologi
Inflamasi laring sering
terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap
debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari
infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang
terisolasi yang hanya mengenai pita suara.
Sebagian besar kasus
laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan vokal dan tidak
serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius dari
kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang
dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.
Penyebab yang paling
sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya
common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza,
pertusis, campak dan difteri. (Hermani
B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003,190 – 200)
1.
Laringitis Akut
Pada
laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi bakteri
seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi.
Laringitis akut dapat juga terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau
setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru
(pneumonia). (http://www.klinikindonesia.com/)
a. Laringitis
akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza
atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe
1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pneumoniae.
b. Penyakit
ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
c. Pemakaian
suara yang berlebihan
d. Trauma
e. Bahan
kimia
f. Merokok
dan minum-minum alcohol
g. Alergi
2. Laringitis
Kronik
Kasus yang sering
terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus terjadi
karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut
yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang
disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).
Laringitis kronis
adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran nafas
atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila
terjadi lebih dari 3 minggu.Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan
laringitis akut berulang, terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan
suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema
dan eritema laring. (Abdurrahman MH, 2006,13-20)
a. Laringitis
Kronis Spesifik
Yang termasuk dalam laringitis kronis
spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis luetika.
b. Laringitis
tuberculosis
Penyakit ini hampir selalu akibat
tuberkulosis paru. Biasanya pasca pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi
laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring
yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru
sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya dapat
berlangsung lama. Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri
dari 4 stadium yaitu :
Ø Stadium
infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat mengenai
pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik berwarna
kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga
mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pecah dan terbentuk ulkus
Ø Stadium
ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus
diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.
Ø Stadium
perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring terutama
kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.
Ø Stadium
pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita
suara dan subglotik.
c. Laringitis
luetika
Radang menahun ini jarang dijumpai
Dalam 4 stadium lues yang paling berhubungan dengan laringitis kronis ialah
lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai
keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus
sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan.
Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat
C.
Patofisiologi
Hampir semua penyebab
inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis
biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan
dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi,
dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah
ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host
serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh
faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan
mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus
untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas.
Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan
iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut.
Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah
yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh. (Elizabeth
J. Corwin 2000 , 432)
D.
Manifestasi
Klinis
1.
Gejala lokal seperti suara parau dimana
digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau
suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi
gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan
kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara
sama sekali (afoni).
2.
Sesak nafas dan stridor
3.
Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika
menalan atau berbicara.
4.
Gejala radang umum seperti demam,
malaise
5.
Batuk kering yang lama kelamaan disertai
dengan dahak kental
6.
Gejala commmon cold seperti
bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal
congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak
mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
7.
Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri
tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri
kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat
celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh
tubuh .
8.
Pada pemeriksaan fisik akan tampak
mukosa laring yang hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita
suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau
paru
9.
Obstruksi jalan nafas apabila ada udem
laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya
sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin
bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan
epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam
jiwa anak. (http://www.news-medical.net/)
E.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Foto rontgen leher AP : bisa tampak
pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50%
kasus.
2.
Pemeriksaan laboratorium : gambaran
darah dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
3.
Pada pemeriksaan laringoskopi indirek
akan ditemukan mukosa laring yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran
serta tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus
elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.
a. Laringitis
Akut
Pemeriksaan apusan dari laring untuk
kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama atau sering residif.
b. Laringitis
tuberkulosis
Pemeriksaan laboratorium hasil tahan
asam dari sputum atau bilasan lambung, foto toraks menunjukkan tanda proses
spesifik baru, laringoskopi langsung/tak langsung, dan pemeriksaan PA. (Mansjoer,
Arif.1999, 125)
F.
Prognosis
Prognosis untuk
penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu.
Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan
udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas
dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau
trakeostomiaik. (www.blogsehat.com)
G.
Penatalaksanaan
Medis
1.
Laringitis Akut
Terapi
pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik, menambah
kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang menyebabkan
kekeringan harus dihindari. Penyayi dan para profesional yang mengandalkan
suara perlu dinasehati agar membiarkan proses radang mereda sebelum melanjutkan
karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung dapat
mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan nodul korda vokalis
selanjutnya. Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab,
koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan latihan kembali kebiasaan menggunakan
vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat
mengurangi proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk
rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat
membantu. Pada pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor
H2 antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan
kelembaban, menghindari polutan. Terapi pembedahan bila terdapat
sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.
Hindari
iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan
antibiotic penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat
diganti eritromisin atau basitrasin. Dan diberikan kortikosteroid untuk
mengatasi edema. Dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat
sumbatan laring.
2. Laringitis
Kronik
Diminta untuk tidak
banyak bicara dan mengonati peradangan di hitung, faring, serta bronkus yang
mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat tanda infeksi dan
ekspektoran. Untuk jangka pendek dapat diberikan steroid.
Laringitis kronis yang
berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan dengan penyakit
sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap
rokok merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis
tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap kanabis atau inhalasi
asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya
seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.
3. Laringitis
Tuberkulosis
Pengobatan dengan mengistirahatkan pita
suara dan dengan pemberian obat anti nyeri biasanya telah mencukupi. Pemberian obat
antituberkulosis primer dan skunder. Pada infeksi bakteri, antibiotik yang
tepat harus diberikan.Trakeostomi bila timbul sumbatan jalan napas. (Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B,
2003)
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Identitas
Nama
: Nn. M
Usia
: 35 th
Jenis
kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: penyanyi
2. Riwayat
Penyakit sekarang
Klien mengeluh tenggorokannya kering,
nyeri ketika menelan dan berbicara serta batuk kering yang lama-kelamaan
batuknya berdahak kental serta klien mengeluh suaranya hilang disertai demam.
3. Riwayat
kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami
penyakit ini sebelumnya
4. Pemeriksaan
penunjang
Hasil pemeriksaan laringoskopi
menunjukkan pita suara yang meradang merah dan bengkak. Dari pemeriksaan
ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama dibagian atas dan
bawah glotis
Keadaan umum : tampak sakit
berat
Tekanan
Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi
Nadi : 84x/menit
Frekuensi
nafas : 35 x/menit
Suhu
: 380C
Berat badan
: 45 kg
Pengkajian 11 fungsional Gordon
a. Pola
persepsi dan Manajemen kesehatan
Klien merasa mungkin penyakitnya
disebabkan karena menyanyi berjam-jam setiap malam, dan didukung kebiasaannya
merokok.klien hanya tahu suaranya hilang karena batuk dan tidak terlalu paham
akan penyebab lebih rinci.
b. Pola
nutrisi dan metabolic
Klien mengeluh nafsu makannya berkurang
karena sakit saat menelan,sebelum sakit klien makan normal 3x sehari, saat
sakit klien makan 3x namun dengan porsi kecil,dan tidak habis. Klien tetap
berusaha banyak minum walau sulit menelan. Minum klien kira-kira 6-7 gelas
perhari. Klien mengalami penurunan berat badan dari 47 kg- 45 kg.
c. Pola
eliminasi
Pasien tidak mengalami gangguan dalam
pola miksi dan defekasi. Klien tidak menggunakan alat bantu. Volume urin klien
perhari sekitar 1000 ml .Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml,
volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika
(teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.
d. Pola
aktivitas-latihan
Klien nyeri pada tenggorokan dan
kehilangan suaranya, aktivitas menyanyi terhenti,dan aktivitas sehari-hari di
rumah terbatas.
e. Pola
istirahat dan tidur
Klien mengalami kesulitan dalam tidur,
karena batuk dan nyeri yang dirasakan pada tenggorokan yang menyebabkan ketidak
nyamanan klien saat tidur. Klien tidur 5jam saat malam hari, dan tidak dapat
tidur pada siang hari.
f. Pola
konsep diri dan persepsi diri
Klien mengalami kesulitan dalam
berbicara karena gangguan suara yang dialami, mulai dari suara serak hingga
hilangnya suara.
g. Pola
kognitif- perceptual
Pasien mengalami kegelisahan karena sakit
tengggorokan yang dirasakan, yang terkadang membuat hilangnya suara klien,
keadaan umum klien lemah.
h. Pola
peran dan hubungan
Klien mengalami kesulitan dalam
bersosialisasi, karena gangguan pita suara yang dialaminya, yang dalam
kebanyakan kasus menyebabkan kehilangan suara sepenuhnya. Komunikasi klien
dengan keluarga terhambat.
i.
Pola reproduksi- seksual
Klien belum menikah dan tidak mengalami
gangguan lainnya.
j.
Pola pertahanan diri dan toleransi stress
klien mengalami stres karena tidak dapat
melakukan aktivitas dan tidak dapat berkomunikasi seperti biasanya.
k. Pola
keyakinan dan nilai
Aktivitas ibadah klien terganggu dan
tidak ada pantangan agama dalam pengobatan klien.
B.
Diagnosa
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi
2.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.
3.
Hipertermi berhubungan dengan infeksi
bakteri Haemophilus Influenzae.
4.
Resiko terhadap ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral
dan kenyamanan mulut.
NANDA
|
NOC
|
NIC
|
Diagnosa 1:Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder akibat proses
inflamasi
(p. 308)
Defenisi
: Ketidakmampuan untuk sekresi jelas atau penghalang dari saluran pernafasan
untuk mempertahankan jalan napas yang jelas
Batasan karakteristik:
1. Sputum berlebih
2. Tidak adanya
batuk
3. Kesulitan
bersuara
4. Kelebihan dahak
5. Batuk yang tidak
efektif
|
NOC : Bersihan jalan nafas tidak efektif (p.
493)
Defenisi: Ketidakmampuan untuk sekresi jelas atau
penghalang dari saluran pernafasan untuk mempertahankan jalan napas yang
jelas
Hasil yang disarankan:
· Status pernapasan:Jalan napas paten
Indikator :
§ Batuk tidak muncul
§ Mengeluarkan sputum dari jalan napas
|
v Airway management (Pengaturan jalan napas)
(p.95)
Aktivitas :
o Buka jalan napas; dengan teknik chin
lift atau jaw trust
o Posisikan pasien pada posisi
ventilasi yang maksimal
o mengidentifikasi pasien yang
membutuhkan aktual / penyisipan potensi jalan nafas
o tunjukkan terapi fisik dada yang
cepat
o keluarkan secret dengan mendorong
batuk atau suctioning
o dorongan pelan, pernapasan dalam,
pemutaran, dan batuk
o instruksikan bagaimana batuk yang
efektif
o dengarkan suara pernapasan
|
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
iritasi laring sekunder akibat infeksi.
Defenisi: merasakan kurang, bantuan, dan kelebihan
fisik, psikospiritual, lingkungan dan dimensi social.
Batasan karakteristik:
· Gejala penyakit yang berhubungan
· Gangguan pola tidur
· Melaporkan ketidaknyamanan
· Melaporkan gelisah
|
Kontrol nyeri p. 326
Indicator:
§ Mengenali faktor yang berhubungan
§ Gunakan langkah prefentif
§ Gunakan langkah bantuan nonanalgesik
§ Kenali tanda gejala nyeri
|
Pain management (Manajemen nyeri) p. 412
Aktivitas:
o Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
factor presipitasi
o Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
o Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
o Kaji budaya yang mempengaruhi
respion nyeri
o Determinasi akibat nyeri terhadap
kualitas hidup
o Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
o Control ruangan yang dapat
mempengaruhi nyeri
o Kurangi factor presipitasi nyeri
o Pilih dan lakukan penanganan nyeri
o Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
o Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
o Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
o Evaluasi keefektifan control nyeri
o Tingkatkan istirahat
o Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
o Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
|
C.
Intervensi
Berikan tindakan nyaman
mis : pijitan punggung, perubahan posisi, perbincangan, relaksasi/latihannafas.
R/: Tindakan non analgetik diberikan
dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memeperbesar
efek terapi analgetik.Tawarkan pembersihan mulut dengan sering
R/: Pernapasan mulut dan terapi oksigen
dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan
umum.
Kolaborasi
Berikanan algesik dan antitusif sesuai
indikasi.
R/: Obat ini dapat digunakan untuk
menekan batuk non produktif/paroksismal atau menurunkan mukosa
berlebihan,meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan
iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.
D.
Evaluasi
1.
Mempertahankan jalan nafas tetap paten
dengan mengatasi sekresi.
a. Melaporkan
penurunan kongesti
b. Mengambil
posisi terbaik untuk memudahkan drainase sekresi.
2. Melaporkan
perasaan lebih nyaman.
a. Mengikuti
tindakan untuk kenyamanan-analgesik kantung panas, kumur, istirahat.
b. Memperagakan
higiene mulut yang adekuat.
3. Menunjukkan
kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan, dan tingkat kenyamanan
.
4. Mempertahankan
masukan cairan yang tidak adekuat
5. Mengidentifikasi
strategi untuk mencegah jalan nafas atas reaksi alergi.
6. Menunjukkan
tingkat pengetahuan yang cukup dan melakukan perawatan secara adekuat.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Laringitis akut
merupakan kelainan pada laring yakni peradangan akut pada laring yang biasanya
kelanjutan dari penyakit rhinofaringitis atau common cold. Penyakit ini pada
orang dewasa merupakan penyakit yang ringan saja namun tidak bagi penderita
anak kurang dari 3 tahun. Hal ini dikarenakan pada anak dapat menimbulkan udem
laring dan subglotis sehingga obstruksi jalan nafas yang sangat berbahaya dalam
waktu beberapa jam saja penderita akan mengalami obstruksi total jalan nafas
sementara itu pada orang dewasa tidak terjadi secepat pada anak. Laringitis
akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza
atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe
1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pneumoniae. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim /
cuaca, pemakaian suara yang berlebihan, trauma, bahan kimia, merokok dan minum-minum
alkohol dan alergi.
Adapun gejala klinis
yang sering kita temukan pada laringitis akut ini adalah suara parau bahkan
sampai hilangnya suara atau afoni, sesak nafas bahkan stridor, nyeri
tenggorokan, nyeri menelan dan berbicara, gejala common cold dan influenza.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman
MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2, Jakarta:FKUI,2003,931& Obat,
Bandung:Mizan Media Utama,2006,13-20
Becker
W, Nauman HH & Pfalt CR, Acute laryngitis in Ear nose and Throath Desease,
New york, Thieme medical publisher:1994:414-15
Brooker,
Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta :EGC
Cohen
JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi
ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76
Hermani
B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003,190 - 200
Jhon
SD & Maves MD Surgical Anatomyof vthe Head and Neck. In Byron-Head and Neck
surgery Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins Publisher,2001:9
Kumar
S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath Disease And
Head-Neck Surgery, Calcutta,publisher Mohendra Nath Paul,1996:391-99
Mansjoer,
Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi-3, Jilid-1. Jakarta; Media
Aesculapius. FKUI.
0 Response to "askep laringitis"
Posting Komentar