PENDIDIKAN DALAM
KEPERAWATAN
A. Defenisi Pendidikan
dalam Keperawatan
Untuk
mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita
telah memiliki rumusan formal dan operasional, sebagaimana
termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yaitu: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pendidikan
dalam keperawatan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan ilmu dan
kiat keperawatan yang dimilikinya sehingga dapat diaplikasikan dalam bentuk
pelayanan professional yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pendidik
kesehatan adalah : seseorang yang memberi pendidikan maupun bimbingan
kepada orang lain dibidang kesehatan, dengan tujuan terjadinya perubahan
tingkah laku positif tentang kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
Peserta
didik adalah : klien (individu,keluarga,masyarakat) yang mendapatkan materi pendidikan
atau bimbingan di bidang kesehatan, sehingga klien tersebut secara mandiri mau
melakukan perubahan tingkah laku yang positif dan permanen dalam meningkatkan
derajat kesehatannya.
B. Sejarah dan Perkembanagan
Pendidikan Keperawatan
1.
Sejarah Pendidikan Keperawatan
·
Zaman purbakala ( Primitif
Culture )
Manusia
percaya bahwa apa yang ada di bumi, mempunyai kekuatan spritual/mistik yang
mempengaruhi kehidupan manusia (animisme) Sakit di sebabkan oleh kekuatan
alam/kekuatan gaib (batu-batu besar, gunung tinggi & pohon-pohon besar)
serta masyarakat masih percaya pada dukun
·
Zaman mesir
Masyarakat
percaya dewa ibis mampu menyembuhkan penyakit di Cina, syetan sebagai penyebab
penyakit akibatnya perawat tidak di perkenankan untuk merawat.
·
Pertengahan abad VI masehi
Keperawatan
berkembang di benua asia tepatnya asia barat daya yaitu timur tengah seiring
dengan perkembangan agama Islam.
·
Abad VII
Di
jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia,
hygiene dan obat-obatan.
Keperawatan
mengalami kemajuan dengan prinsip dasar kesehatan pentingnya kebersihan diri
(personal hygiene), kebersihan makanan, air & lingkungan. Tokoh yang
terkenal dari dunia arab pada masa itu adalah Rafidah.
·
Permulaan abad XVI
Orientasi
masyarakat pada saat terjadi perang dimana rumah ibadah banyak yang tutup yang
biasanya di gunakan untuk merawat orang sakit.
Perawat
di gaji rendah dengan jam kerja yang lama pada kondisi kerja yang buruk. Sisi
positif dari perang untuk perkembangan keperawatan korban banyak membutuhkan
tenaga sukarela sebagai perawat (orde-orde agama, istri yg mengikuti suami
perang & tentara-tentara yang merangkap sebagai perawat) konsep P3K.
Rumah
sakit yang berperan besar tahap perkembangan keperawatan pada masa kini (zaman
pertengahan) yaitu hotel Dieu di Lion awalnya perawat mantan seks yang
bertobat, tidak lama kemudian menggunakan perawat yang terdidik dari rumah
sakit tersebut.
Hotel
Dieu di Paris orde agama, setelah revolusi orde agama dihapus di ganti
orang-orang bebas yang tidak terikat agama, pelapor perawat terkenal rumah
sakit ini yaitu Genevieve Bouquet
St.
Thomas Hospital, di dirikan tahun 1123 M Florence Nigtingale memperbaharui
keperawatan.
- Pertengahan abad XVIII – XIX
Keperawatan mulai di percaya orang yaitu
Florence Nigthingale.
Beliau lahir tahun 1820 dari keluarga kaya, terhormat, tumbuh & berkembang di Inggris, di terima mengikuti kursus pendidikan perawat usia 31 tahun.
Beliau lahir tahun 1820 dari keluarga kaya, terhormat, tumbuh & berkembang di Inggris, di terima mengikuti kursus pendidikan perawat usia 31 tahun.
2. Perkembangan Keperawatan Di Indonesia
Masa pemerintahan Belanda
- Perawat berasal dari penduduk pribumi (Velpleger) di
bantu penjaga orang sakit (Zieken Oppaser)
- Bekerja di R.S Binnen Hospital di Jakarta (1799)
memelihara kesehatan staf & tentara Belanda
- Membentuk dinas kesehatan tentara & dinas kesehatan
rakyat
Masa VOC (Gubenur Inggris Rafles 1812-1816)
- Kesehatan adalah milik manusia melakukan pencacaran
umum.
- Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguann jiwa.
- Memperhatikan kesehatan & perawatan para tahanan.
3.
Perkembangan Organisasi Profesi Keperawatan
Beberapa organisasi keperawatan
- ICN (International Council of Nurses) organisasi
profesional wanita pertama di dunia di dirikan tgl 1 Juli 1899 o/
Mrs.Bedford Fenwick.
Tujuannya:
- Memperkokoh silaturahmi perawat seluruh dunia
- Memberi kesempatan bertemu bagi perawat di seluruh
dunia untuk membicarakan masalah keperawatan.
- Menjunjung peraturan dlm ICN agar dapat mencapai
kemajuan dalam pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan kode etik
profesi keperawatan.
- ANA di dirikan tahun 1800 yg anggotanya dari negara-
negara bagian, berperan:
- Menetapkan standar praktek keperawatan.
- Canadian Nurse Association (CNA) tujuan sama dengan ANA
memberikan izin praktek keperawatan mandiri.
- NLN (National League for Nursing) di dirikan tahun
1952, tujuan untuk pengembangan & peningkatan mutu pelayanan
keperawatan & pendidikkan keperawatan.
- British Nurse Association di dirikan tahun 1887,
tujannya:
memperkuat persatuan & kesatuan seluruh
perawat di Inggris & berusaha memperoleh pengakuan terhadap profesi
keperawatan.
- PPNI di dirikan 17 Maret 1974.
C. Tujuan Pendidikan Dalam
Keperawatan
Tujuan pendidikan sering
bersifat sangat umum, seperti menjadi manusia yang baik, bertanggung jawaab,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan
negara, dan sebagainya.
Dalam dunia pendidikan
dikenal sejumlah usaha untuk menguraikan tujuan yang sangat umum tersebut.
Salah seorang diantaranya adalah Herbert Spencer (1860) yang menganalisis
tujuan pendidikan dalam lima bagian, yang berkenaan dengan:
- Kegiatan demi kelangsungan hidup.
- Usaha mencari nafkah.
- Pendidikan anak.
- Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara.
- Penggunaan waktu senggang.
Tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert
Spencer tersebut didasarkan atas apa yang dianggapnya paling berharga dan perlu
untuk setiap orang bagi kehidupannya dalam masyarakat.
Bloom cs mebedakan tiga kategori tujuan
pendidikan, yaitu :
1. Kognitif
(head)
Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan
individual mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau
mental. Tujuan kognitif dibagi dalam 6 bagian, yaitu;
a) Knowledge
(Pengetahuan)
Meliputi informasi dan fakta yang dapat
dikuasai melalui hafalan untuk diingat.
b)
Comprehension (Pemahaman)
Merupakan kesanggupan untuk menyatakan suatu definisi,
rumusan, menafsirkan suatu teori.
c) Application
(Penerapan)
Merupakan kesanggupan menerapkan atau
menggunakan suatu pengertian, konsep, prinsip, teori yang memerlukan penguasaan
pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam.
d) Analysis
(Analisis)
Yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu
dalam unsur-unsurnya misalnya analisis hubungan antara masyarakat dengan alam
dan jagad raya.
e) Synthesis
(Sintesis)
Yaitu kesanggupan untuk melihat hubungan
antara sejumlah unsur.
f) Evaluation
(Penilaian)
Penilaian berdasarkan bukti-bukti atau
kriteria tertentu.
2. Afektif
(heart)
Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap,
perasaan, dan nilai-nilai atau perkembangan emosional dan moral. Tujuan
afektif dibagi dalam 5 bagian, yaitu;
a) Receiving
Menerima, menaruh perhatian terhadap nilai
tertentu.
b) Responding
(Merespon)
Yaitu memperlihatkan reaksi terhadap norma
tertentu, menunjukan kesediaan dan kerelaan untuk merespon, merasa puas dalam
merespon.
c) Valuing
(Menghargai)
Yaitu menerima suatu norma, menghargai suatu
norma, dan mengikat diri pada norma tersebut.
d) Organization
(Organisasi)
Membentuk suatu konsep tentang suatu nilai,
menyusun suatu sistem nilai-nilai.
e)
Characterization by Value or Value Complex
Mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga
merupakan watak seseorang, norma itu menjadi bagian diri pribadi.
3. Psikomotor (hand)
Tujuan psikomotor menyangkut perkembangan
keterampilan yang mengandung unsur motoris.
Peran perawat tidak hanya care giver (pemberi
asuhan) saja tetapi juga sebagai concelor, educator dan concultant, sehingga
dengan perannya tersebut seorang perawat memerlukan pengetahuan tentang
pendidikan agar bisa memberikan pendidikan secara sistematis sesuai cara,
metode dan media pendidikan yang benar dan tepat terhadap klien, sehingga hasil
dari pendidikan yang diberikan kepada klien bisa tercapai tepat sasaran dan
tepat guna.
Perawat Harus menguasai bidang pendidikan,
karena dengan mempelajari ilmu pendidikan seorang mahasiswa prodi keperawatan
diharapkan dapat memberi dan menerima informasi yang akan dibutuhkan dalam
menghadapi pasien ( orang lain) sehingga mampu mengarahkan pada pencapaian
kompetensi profesional.
D. Fungsi Pendidikan
Keperawatan
Fungsi ini terdiri atas tiga hal yang perlu
mendapat perhatian yaitu :
- Peserta didik dalam hal kaulifikasi/persyaratan,
mekanisme seleksi dan penerimaan, serta daya tampung peserta didik.
- Proses pendidikan yang mencakup tujuan
pendidikan/rumusan kompetensi, kurikulum pendidikan, proses pembelajaran/evaluasi
hasil belajar, fasilitas sumber daya pendidikan, dan rumah sakit
pendidikan.
- Lulusan yang mencakup kaulifikasi/persyaratan,
mekanisme penilaian akhir/keprofesian, dan jumlah yang diluluskan dan
sebaran.
- Fungsi penelitian
Fungsi ini mencakup :
- Berperan aktif dalam riset dasar dan terapan,
pengembangan ilmu pengetahuan ilmu keperawatan, mengembangangkan teknologi
keperawatan, meningkatkan mutu, dan memperluas jangkauan pelayanan
- Manfaatkan tekhnologi maju secara tepat dalam rangka
meningkatkan mutu dan memperluas jangkauan pelayanan professional
- Melaksanakan berbagai bentuk kegiatan ilmiah yang
meliputi ceramah/diskusi ilmiah, forum ilmiah, tulisan ilmiah/majalah
ilmiah dan pengawal ilmu keperawatan.
- Fungsi pengabdian masyarakat
Fungsi ini mencakup :
- Pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai bentuk,
sifat dan jenjang pelayanan kepada masyarakat, serta membangun model
pelayanan/asuhan keperawatan
- Pendidikan dan bimbingan masyarakat dengan cara membina
kemampuan masyarakat mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi.
- Mengarahkan kemampuan masyarakat untuk mengorganisir
dan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan professional
- Memberi konsultasi dalam keperawatan kepada berbagai
pihak yang memerlukan.
E. Peran Pendidikan
Tinggi Keperawatan
1.
Membina sikap pandangan dan
kemampuan professional
Pendidikan tinggi
keperawatan sangat berperan dalam membina sikap, pandangan dan kemampuan
professional, lulusannya. Diharapkan perawat mampu bersikap dan berpandangan
professional, berwawasan keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan
ilmiah keperawatan yang memadai, dan menguasai keterampilan professional secara
baik dan benar (Husin, 1966).
Sebagai perawat
profesioanal diperoleh kepuasaan kerja yang selanjutnya memacu pencapaian kemampuan
melalui penampilan kerja yang lebih baik lagi. Kemampuan berpikir kritis dalam
mengambil keputusan serta mampu mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakan
yang dilakukan merupakan salah satu factor utama tercapainya kepuasaan kerja
(Jones dan Beck, 1996). Kepuasaan kerja perawat akan menghasilkan kepuasaan
pada pemakai jasa keperawatan, baik masyarakat maupun intitusi tempat bekerja.
2.
Meningkatkan mutu
pelayanan/ askep dan kesehatan
Pendidikan keperawatan menghasilkan perawat
yang bersikap professional mencakup keterampilan intelektual, interpersonal,
dan tekhnikal, mampu mempertanggungjawabkan secara legal, keputusan dan
tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar dan kode etik profesi, serta
dapat menjadi contoh peran bagi perawat lain.
Teori dan model keperawatan dapat dikatakan
bermanfaat, jika bisa diterapkan dipelayanan, begitu pula dengan system
manajemen keperawatan yang dipelajari selama pendidikan. Fasilitas pelayanan
yang dapat digunakan sebagai sumber pendidikan yang diharapkan cukup kondusif
untuk proses pembelajaran peserta didik (Hamid, 1997)
3.
Menyelesaikan masalah
keperawatan dan mengembangkan iptek keperawatan melalui keperawatan
Kerja sama yang terjalin dengan baik antara
institusi pendidikan dan pelayanan memungkinkan terjadinya transformasi IPTEK,
termasuk teridentifikasinya masalah kesehatan, khususnya yang terkait dengan
masalah keperawatan untuk penelitian keperawatan yang bertujuan menghasilkan
jawaban terhadap pertanyaan, menghasilkan solusi masalah, baik melalui produk
berupa tekhnologi atau metode baru maupun produk jasa serta menguji teori
berdasarkan kondisi atau fakta baru. (Leddy dan Pepper, 1993; Mayer, Medden dan
Lawrence, 1990)
4.
Meningkatkan kehidupan
keprofesian melalui organisasi profesi
Pendididkan tinggi keperawatan akan
memfasilitasi perkembangan kehidupan organisasi keperawatan untuk lebih
professional. Dengan pendidikan profesioanal, perawat sebagai anggota dari
suatu organisasi profesi akan lebih memahami dan menghayati peran, tanggung
jawab, dan haknya sebagai anggota organisasi profesi yang memiliki sifat,
pandangan, dan kemampuan professional sangat memungkinkan organisasi
keperawatan berperan sabagai pengendali mutu pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat melalui pengaturan hak, tanggung jawab, dan kewengan tiap
perawat berdasarkan kompetensi yang dimiliki (SCHMALE,1996).
Selain itu, organisasi profesi akan lebih
berperan dalam proses pengembangan dan pembinaan keterampilan professional dan
menerapkan kode etik profesi bagi tiap anggotanya melalui pengaturan dan
pengadaan system pendidikan berkelanjutan serta mengendalikan pemanfaatan dan
pengembangan IPTEK keperawatan(husin, 1999).
F. Penataan
Pendidikan Tinggi Keperawatan
Penataan pendidikan ini dimulai dengan
penataan system pendidikan keperawatan yang dimulai dari:
- Program pendidikan D-III keperawatan program pendidikan
ini akan menghasilkan perawat Vokasional (ahli madya keperawatan) yang
dikembangkan dengan landasan keilmuan dan keprofesian serta diharapkan
memiliki tingkah laku dan kemampuan professional serta akuntabel dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dasar secara mandiri dibawa sepervisi.
Mereka diharapkan mempunyai kemampuan mengelolah peraktek keperawatan yang
sesuai dangan kebutuhan klien.
- Program pendidikan ners
Program pendidikan ini menghasilkan sarjana
keperawatan dan professional (Ns = first professional degree) dengan sikap,
tingkah laku, dan kemampuan professional, serta akuntabel untuk melaksanakan
asuhan keperawatan dasar sampai dengan tingkat kerumitan tertentu secara
mandiri. Mereka dituntut untuk memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu
pelayanan dengan memanfaatkan IPTEK keperawatan yang maju secara tepat guna,
serta kemampuan melaksanakan riset keperawatan dasar dan penerapan yang
sederhana.
- Program magister keperawatan program ini menghasilkan
perawat ilmuan (scintist) dengan sikap tingkah laku dan kemampuan sebagai
ilmuan keperawatan yang diharapkan mempunyai kemampuan: meningkatkan
pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan, berpartisipasi
dalam pengembangan bidang ilmunya, mengembangkan penampilanya dalam
spectrum yang lebih luas dengan mengaitkan ilmu/profesi yang serupa serta
merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah masyarakat dengan cara
penalaran ilmiah (keputusan Mendikbud Nomor.056/U/1994/pasal 2 ayat 3).
2. Program
pendidikan ners spesialis
Program pendidikan ini menghasilkan perawat
ilmuan (magister) dan professional (Ns spesialis = second professional degree)
dengan sikap, tingkah laku, dan keterampilan professional serta akuntabel untuk
melaksanakan prektik keperawatan spesialistik ners spesialis merupakan ilmuan
dalam bidang ilmu keperawatan klinik dengan kemampuan dan tanggung jawab
sebagai ilmuan klinik (SK Mendikbud No.056/U/1994).
G. Sistem Pendidikan Tinggi
Keperawatan
Kata sistem menjadi populer
dengan munculnya pendekatan sistem yang digunakan dalam berbagai bidang ilmu.
Sistem secara teknis berarti seperangkat komponen yang saling berhubungan dan
bekrja bersama – sama untuk mencapai suatu tujuan . kata sistem berasal dari bahasa
latin (syst dan ema) dan bahasa yunani (sust dan ema ) adalah suatu kesatuan
yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. istilah ini sering digunakan
untuk menggambarkan suatu kesatuan yang berintraksi, ketika suatu model
matematika sering kali dapat buat.
Sistem
merupakan kesatuan bagian – bagian yang saling berhubungan yang berada dalam
suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. misalnya, negara yang
merupakan suatu kumpulan dalam beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi
yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dengan rakyat sebagai
penggeraknya. ‘’ sistem’’ sering kali digunakan baik dalam prcakapan
sehari-hari , forum diskusi maupun dokumen ilmiah.
Landasan pembangunan sistem
pendidikan tinggi keperawatan di indonesia merupakan bagian terintegrasi dari
sistem pendidikan tinggi nasional karena hakikat pendidikan tinggi keperawatan
sebagai pendidikan profesi dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Melalui
pelaksanaan tiga fungsi pokok pendidikan tinggi keperawatan, yaitu pendidikan
keperawatan, riset keperawatan dan pengabdian masyarakat ,di harapkan
pendidikan tinggi keperawatan menghasilkan berbagai karakter dan sifat lulusan
yang kompoten dalam bidang pelayanan dan konsultasi keperawatan bagi
masyarakat. Pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan merupakan pandangan
filosifis atau paradigma tentang keperawatan , orientsi pendidikan tinggi ,
kerangka konsep pendidikan tinggi keperawatan , dan kelompok ilmu keperawatan.
H.
Pendidikan Profesi Keperawatan
Pendidikan tinggi keperawatan dikembangkan berdasarkan dan bertolak dari paradigma keperawatan. Orientasi pendidikan tinggi keperawatan yang mantap dan kerangka konsep pendidikan tinggi yang kokoh memungkinkan profesi keperawatan menghadapi masa depan dan tidak tergoyangkan oleh perubahan – perubahan pandangan perorangan, terutama yang bersifat menyimpang dari hakikat keperawatan yang sesungguhnya. Kperawatan berkeyakinan dan berpandangan bahwa manusia dan kemanusian merupakan focus utama dari setiap upaya pelayanan keperawatan dengan menjunjung tinggi nilai dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bertolak dari pandangan ini disusun paradigm keperawatan yang terdiri dari 4 konsep yaitu manusia, lingkungan, sehat, dan Keperawatan.
Pendidikan tinggi keperawatan dikembangkan berdasarkan dan bertolak dari paradigma keperawatan. Orientasi pendidikan tinggi keperawatan yang mantap dan kerangka konsep pendidikan tinggi yang kokoh memungkinkan profesi keperawatan menghadapi masa depan dan tidak tergoyangkan oleh perubahan – perubahan pandangan perorangan, terutama yang bersifat menyimpang dari hakikat keperawatan yang sesungguhnya. Kperawatan berkeyakinan dan berpandangan bahwa manusia dan kemanusian merupakan focus utama dari setiap upaya pelayanan keperawatan dengan menjunjung tinggi nilai dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bertolak dari pandangan ini disusun paradigm keperawatan yang terdiri dari 4 konsep yaitu manusia, lingkungan, sehat, dan Keperawatan.
Kelly (1981) dalam Ma’rifin (2003)
mengembangkan criteria profesi meliputi :
- Layanan yang diberikan merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi kemanusiaan.
- Adanya body of knowledge yang khusus dipelajari dan dikembangkan
melalui proses penelitian.
- Layanan yang diberikan termasuk aktivitas intelektual,
tanggung jawab dan tanggung gugat secara individu merupakan suatu
tangtangan yang besar dan harus dijawab.
- Perawat praktisi relative bebas dan dapat mengontrol kebijakan
dan aktivitas yang mereka perbuat (otonomi).
- Perawat praktisi harus memiliki dasar pendidikan di
institusi pendidikan tinggi.
- Pearwat praktisi`memberikan pelayanan dengan motivasi
altruistikdan menganggap bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan
kegiatan terpenting di hidupnya
- Terdapat kode etik yang memberikan panduan dalam
mengambil keputusan dan meneruskan praktik yang mereka lakukan
- Terdapat organisasi profesi yang dapat memberikan
bantuan dan dorongan dalam menerapkan standar praktek keperawatan.
Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan
profesi mengarahkan hasil pendidikan menjadi tenaga professional. Melalui
sistim pendidikan ini, dihasilkan perawat yang dapat menjalankan peran dan
fungsinya sesuai dengan tuntutan profesi untuk memberikan pelayanan
professional kepada masyarakat. Peran perawat sebagai :
1.
Mitra kerja
Hubungan
perawat-klien merupakan hubungan yang memerlukan kerja sama yang harmonis atas
dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling percaya, mengasihi dan
menghargai.
2.
Sumber informasi
Perawat
harus mampu memberikan informasi yang akurat, jelas, dan rasional kepada klien
dalam suasana yang bersahabat dan akrab.
3.
Pendidik
Perawat
harus berupaya memberikan pendidikan, pelatihan dan bimbingan pada klien atau
keluarganya terutama dalam mengatasi masalah kesehatan.
4.
Pemimpin
Perawat harus mampu memimpin klien atau keluarga untuk memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerja sama dan partisipasi klien.
Perawat harus mampu memimpin klien atau keluarga untuk memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerja sama dan partisipasi klien.
5.
Wali atau pengganti
Perawat merupakan individu yang dipercaya klien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna membantu memenuhi kebutuhan.
Perawat merupakan individu yang dipercaya klien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna membantu memenuhi kebutuhan.
6.
Konselor
Perawat harus dapat memberi bimbingan terhadap masalah klien sehingga pemecahan masalah akan mudah dilakukan.
Perawat harus dapat memberi bimbingan terhadap masalah klien sehingga pemecahan masalah akan mudah dilakukan.
Akan tetapi pendidikan profesi keperawatan
yang bertujuan mewujudkan pelayanan professional harus dilandasi oleh kemampuan
meneliti dari peserta didiknya. Kemampuan ini ditimbulkan melalui keingintahuan
yang tinggi selama proses pendidikan yang dipelihara sedemikan rupa sehingga
setelah lulus perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan yang berbasis
fakta (Evidence based practice).
DAFTAR PUSTAKA
Simamora Roymond H.,M.Kep, Ns.2009.Pendidikan
Dalam Keperawatan.Jakarta:EGC.
Salam dan Salmon,Ferry.2009. Pendidikan
Dalam Keperawatan.Jakarta:Salemba.
0 Response to "PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN - Agus Maulidar"
Posting Komentar